Asalmualaikum,
teman-teman semua, di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini mari kita tingkatkan
lagi kulitas Ibadah kita, semoga bulan Ramdhan Tahun ini lebih BerMakNa daN
lebih Baik Amiiinn……….
Saat
saya membuka Detik.com khusus untuk Bulan ramdhan saya membaca sebuah kisah
yang menurut saya bisa di contoh untuk para hakim dan semua orang, Kisahnya
yitu :
Iyas
bin Muawiyah adalah sosok hakim yang sangat cerdas, adil, bijak dan lihai.
Kemampuannya dalam menyelesaikan persoalan, terutama sengketa perdata, sangat
cerdik, tepat dan akurat.Suatu ketika, ada dua orang yang sedang bersengketa.
Kedua-duanya adalah pengusaha. Pihak pelapor mengatakan, "Pak Hakim, saya
pernah menitipkan uang kepada kawan saya ini. Sayang, waktu saya meminta uang
titipan saya, ia mengingkari. Ia tidak mengaku bahwa saya pernah menitipkan
sesuatu kepadanya. Bagaimana ini?" "Tidak benar, Pak Hakim."
bantah lelaki ke dua. "Ia sama sekali tidak pernah menitipkan sesuatu
kepada saya. "Seandainya ia memiliki bukti, silakan ia menghadirkan bukti
itu. Sedangkan saya, dalam urusan ini, tidak ada yang harus saya lakukan
kecuali bersumpah tidak menerima itu." "Saudaraku," ucap Iyas
kepada orang yang mengajukan tuduhan, "dimana Anda berikan uang tersebut
kepadanya?" Lelaki itu pun menjelaskan kepada Iyas lokasi dirinya
menyerahkan uang. "Adakah sesuatu di tempat tersebut?", tanya Iyas. "Ya,
di sana ada sebatang pohon besar. Waktu itu, kita duduk-duduk di sana. Kita
makan-makan di bawah pohon itu. Begitu saya akan beranjak pergi, saya
menitipkan uang padanya," terang si lelaki pertama itu. "Apakah Anda
tahu tempat itu?" tanya Iyas kepada pihak tertuntut. "Wah, saya tidak
tahu tempat itu, Pak Hakim!" ucap si lelaki kedua. "Baiklah kalau
begitu, sekarang Anda coba pergi ke sana. Barangkali Anda lupa, sehingga bila
Anda pergi ke sana, Anda akan mengingat kembali tempat Anda menaruh uang dan
apa yang Anda lakukan waktu itu," ujar Iyas. Seketika itu, lelaki pertama
berangkat menuju lokasi dirinya menyerahkan uang kepada temannya itu.
Perasaannya gundah. Ia setengah tidak terima dengan keputusan hakim itu. Di
sisi lain, orang yang tertuduh itu merasa senang. Ia yakin dirinya akan
mendapatkan keputusan tidak bersalah. "Saudaraku, Anda silakan tunggu
disini. Kita tunggu kawan kita ini datang kembali. Barangkali ia datang membawa
uang tersebut, dengan begitu kamu bisa bebas," kata Iyas kepada lelaki
tertuduh. Setelah itu Iyas melanjutkan sidang yang lainnya. Ia terus mengadili
satu perkara demi perkara yang lain. Sesekali ia melirik orang yang
dipersilakan menunggu tadi. "Menurutmu, dia sudah sampai ke pohon tempat
Anda menerima uang itu?" tanya Iyas tiba-tiba kepada yang dituduh itu. "Belum.
Pasti belum. Jaraknya sangat jauh," jawab si lelaki kedua. "Hei, ini
artinya Anda berbohong. Anda katakan tidak tahu (tempatnya), tapi ternyata
tahu. Ini artinya, kamu benar-benar melakukan penggelapan uang itu!"
bentak Iyas tiba-tiba. Seketika itu keringat dingin membasahi tubuh lelaki
tertuduh. Ia tidak bisa berkilah. Semua telah terbuka. "Maafkan saya,
Pak!” katanya memelas, "Saya memang melakukannya," Waktu yang dinanti
telah tiba. Lelaki yang mengajukan tuntutan itu telah kembali. "Bagaimana
saudaraku, sudah ketemu?" tanya Iyas. "Saya sudah mencari-carinya.
Juga mengingat-ngingatnya. Tidak ada yang saya ingat melainkan saya telah
menyerahkan kepala lelaki ini,"jawab lelaki itu. Ia terlihat begitu
kelelahan. "Tenang saudaraku, semua sudah beres. Ia telah mengaku kalau ia
yang menggelapkan hartamu," tutur Iyas. Akhirnya, pihak penuntut itu bisa
mendapatkan kembali uangnya. Sementara kawannya, harus menerima resiko
kecerobohannya. Ia menerima hukuman sesuai dengan hukum yang berlaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
GO.BLOG.COM