BAB I
PENDAHULUAN
Mikrobiologi merupakan ilmu biologi yang
berorientasi pada mikroorganisme. Objek kajian mikrobiologi biasanya adalah
semua makhluk hidup yang perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri,
fungi, alga, protozoa dan archaea. Mikroorganisme terdapat berbagai macam di
alam ini dengan jumlah yang besar. Mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang
biak asalkan kebutuhan nutriennya tercukupi serta kecocokan dengan mediumnya.
Roti merupakan panganan yang terbuat
dari tepung terigu dan air yang difermentasikan oleh ragi. tetapi ada juga yang
tidak menggunakan ragi. Namun kemajuan teknologi manusia membuat roti diolah
dengan berbagai bahan seperti garam, minyak, mentega,
ataupun telur
untuk menambahkan kadar protein
di dalamnya sehingga didapat tekstur dan rasa tertentu.
Tujuan dari praktikum mikrobiologi ini
adalah untuk mengetahui bagaimana cara sterilisasi alat-alat dan medium,
mengetahui cara pembuatan medium, mengetahui struktur mikroorganisme yang
tumbuh pada medium, mengetahui cara perhitungan bakteri dengan metode hitung
cawan serta pewarnaan gram pada mikroba. Manfaat dari praktikum mikrobiologi
adalah praktikan dapat mengetahui bagaimana pertumbuhan serta perkembangan
bakteri yang terdapat pada medium karena bakteri memiliki berbagai macam peran
bagi kehidupan makhluk hidup.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Sterilisasi
Sterilisasi
adalah suatu proses penghancurkan segala bentuk-bentuk kehidupan (Pelczar,
2008). Sterilisasi adalah perlakuan yang membebaskan benda yang teliti dari
semua organisasi hidup. Sterilisasi dicapai dengan menggunakan pemanasan basah,
pemanasan kering, filtrasi, penyinaran atau bahan-bahan kimia (Fardiaz, 1993).
Medium dan alat-alat yang kita pergunakan dalam inokulasi jika tidak steril
tidak akan mungkin memperoleh biakan bakteri yang diinginkan. Selain itu juga,
dalam sterilisasi harus menguasai teknik inokulasi agar mendapat hasil
pengamatan yang baik. Sterilisasi yang selanjutnya adalah sterilisasi secara kimia.
Sterilisasi ini menggunakan disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin (Dwidjoseputro, 2005).
2.1.1.
Sterilisasi
kering
Sterilisasi kering dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
menggunakan api dan oven. Peralatan kaca, serbuk, minyak dan sebagainya yang tahan
terhadap pemanasan, dimasukkan ke dalam oven pada temperatur 1600
selama 2 jam atau 1700C selama 1 jam, hal ini bergantung
kepada banyak sedikitnya muatan yang dimasukkan ke dalam oven (Dwidjoseputro,
2005).
Pensterilan alat – alat dapat pula dilakukan dengan gas etilen oksida. Hal ini
harus dikerjakan dengan hati – hati, karena ada bahaya letusan (Purwoko, 2007).
2.1.2.
Sterilisasi
basah
Medium
yang disterilkan sebaiknya ditempatkan dalam beberapa botol yang agak kecil.
Biasanya autoklaf sudah diatur sedemikian rupa, sehingga pada suhu tersebut
tekanan ada sebesar sebesar 2 atm atau 15 lb/in2 pada suhu 1210C (Dwidjoseputro,
2005). Jika medium mengandung vitamin, gelatin, atau sebangsa gula, maka
setelah sterilisasi dalam autoklaf, medium tersebut haruslah segera didinginkan
sesudah dikeluarkan dari autoklaf. Perbuatan ini perlu untuk menghindari
terurainya zat–zat tersebut. Medium yang sudah steril dapat disimpan dalam
lemari es (Purwoko, 2007).
2.2.
Medium
dan Larutan Pengencer
Medium adalah bahan
yang mengandung campuran nutrisi yang bermanfaat untuk menumbuhkan mikroba.
Medium ada yang alami dan ada medium berupa buatan manusia. Contoh medium
buatan manusia adalah medium cair, medium padat dan medium setengah padat.
Medium cair digunakan untuk menumbuhkan bakteri dan juga fermentasi. Medium
padat digunakan untuk menumbuhkan mikroba pada permukaan (Dwidjoseputro, 1994). Pada saat penyimpanan, media tidak boleh
dibekukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kondensasi dan menetes ke
permukaan agar yang dapat memfasilitasi pergerakan organisme dalam kolon.
Larutan pengencer merupakan larutan yang digunakan untuk
mengencerkan larutan dengan perbandingan pengenceran tertentu. Pengenceran
dengan larutan pengencer diperlukan agar nantinya diperoleh pertumbuhan bakteri
yang tidak konfluen hingga koloninya mudah untuk dihitung (Sandjaja, 1992).
2.2.1.
Medium Nutrien Agar
(NA)
NA adalah suatu larutan biak yang dapat
dibuat dari senyawa Nutrient Broth yang didalamnya mengandung ekstrak daging
dan pepto ditambah 1,5% agar dipakai untuk menumbuhkan mikroorganisme (Schlegel
dan Schmidt, 1994). NA merupakan salah satu teknik yang sangat baik untuk
memisahkan mikroba karena NA itu bernuansa basa sehingga dapat diketahui
masing-masing morfologinya (Harsono, 2001).
Nutient
Agar adalah salah satu medium padat yang memiliki komposisi yaitu agar-agar
yang telah dipanaskan dan mencair dengan suhu 95
(Dwijoseputro, 1994). Agar-agar adalah
zat pengental dan bukan sebagai sumber makanan bagi bakteri. Bahwa agar-agar
digunakan untuk membuat medium padat, agar larut dan menjadi padat pada suhu 45
. NA lebih bersifat umum sehingga mikroba
banyak tumbuh pada media ini (Amelia et
al, 2005). Na merupakan salah satu
media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari
air, sewage, produk pangan, un tuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan
sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. NA
juga digunakan untuk media kapang dan khamir (Sumanti, 2008).
2.2.2.
Medium
Potato Dextrose Agar (PDA) dan Acidified Potato Dextrose Agar (APDA)
Medium
APDA adalah salah satu dari medium untuk proses menumbuhkan mikrobia. APDA
merupakan medium yang berkomposisi kentang, dextrose dan asam tartarat. APDA
tidak bersifat umum seperti NA karena tidak semua mikrobia dapat tumbuh pada
medium ini. Medium APDA termasuk ke dalam medium yang padat sehingga dapat
membentuk koloni mikroba yang dapat dilihat dan dihitung, jika diinokulasi di
dalam medium APDA, bakteri anaerob akan tumbuh mengelompok pada dasar medium, bakteri anaerob fakultatif
akan tumbuh tersebar diseluruh medium, bakteri mikroarofil akan tumbuh
mengelompok sedikit di bawah permukaan medium, sedangkan bakteri aerob akan
tumbuh pada permukaan medium (Dwidjoseputro, 1994). Medium ini digunakan untuk
isolasi bakteri, hasilnya dinyatakan dalam jumlah koloni yang didapatkan
nantinya. Medium ini sangat diperlukan untuk mempelajari cirri-ciri koloni,
sifat-sifat biokimia, morfologi, reaksi pengecatan, reaksi imunologi dan
ketentraman bakteri terhadap zat antibakteri. Pembuatan medium APDA dapat
dilakukan dengan serangkaian cara mulai dari pembuatan PDA hingga
pencampurannya dengan asam tartarat (Irianto, 2010). Media APDA berfungsi untuk menumbuhkan dan menghitung jumlah
khamir dan yeast yang terdapat dalam suatu sampel. Khamir dan yeast akan tumbuh
dengan optimal pada media yang sesuai (Sumanti, 2008).
Medium harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan
oleh mikroorganisme. PDA dibuat untuk menumbuhkan jamur. Hal itu dekarenakan
jamur membutuhkan medium yang mengandung karbohidrat, dan pada medium ini
terdapat kentang (sumber karbohidrat) sebagai media yang cocok untuk
menumbuhkan jamur. PDA yang digunakan untuk kultivasi dan identifikasi jamur
sehingga mempermudah dalam morfologinya (Fardiaz, 1994). PDA terbuat dari
kentang dengan campuran dextrose dengan menggunakan perbandingan yang benar.
Didalam ilmu biologi disebutkan bahwa bakteri hidup disuasana asam, hal ini
menunjukan bahwa PDA cocok untuk mengembang biakkan mikroba (Penn, 1991).
2.3.
Metode Hitung Cawan
Prinsip dari metode
hitungan cawan adalah jika sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium
agar maka sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang
dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan
cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menentukan
jumlah mikroba karena hanya sel yang hidup yang dapat
dihitung, beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus, dan dapat digunakan
untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena yang terbentuk mungkin dapat
berasal dari satu sel mikroba dengan penampakan pertumbuhan spesifik (Fardiaz,
1992).
Supaya perhitungannya teliti, maka diambil dari cawan petri yang jumlah
mikrobanya antara 30 - 300 (Schlegel dan Schmidt, 1994).
Metode hitungan cawan memiliki beberapa kelemahan, yaitu
hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya karena beberapa
sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni, medium dan kondisi yang
berbeda mungkin menghasilkan nilai yang berbeda, mikroba yang ditumbuhkan harus
dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan jelas,
tidak menyebar, serta memerlukan persiapan dan waktu inkubasi yang lama supaya
pertumbuhan koloni dapat dihitung (Fardiaz, 1999). Contoh yang alami
misalnya pada tanah yang mengandung bermacam jenis mikrooganisme, tidak mungkin
untuk menghitung semua mikrooganisme yang terdapat didalamnya dengan cara viable plating. Kekurangan ini dapat
dijadikan sebagai suatu keunggulan jika kita ingin mengamati populasi mikroorganisme
yang lebih spesifik (Harmita dan Radji, 2006)
2.4.
Morfologi Bakteri
2.4.1. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus mempunyai bentuk coccus, berukuran besar,
biasanya Staphylococcus aureus terdapat pada rongga hidung manusia
maupun pada beberapa jenis hewan tertentu, juga terdapat pada kulit. Staphylococcus
aureus merupakan penyebab umum pada keracunan pangan (Schlegel, 2000). Staphylococcus aureus mempunyai susunan yang menyerupai buah
anggur, perkiraan diameternya 0,8 μ, tumbuh pada media yang mempunyai
temperatur 370C, tumbuh pada temperatur optimal 350C
(Smith, 1960). Bentuk Staphylococcus bola sampai lonjong
dengan diameter 2 μm
dan mudah tumbuh dalam medium yang sederhana
(Pelczar, 2008).
2.4.2. Escherichia coli
Escherichia coli
memiliki bentuk batang pendek dan habitat utamanya adalah usus manusia dan
hewan. Escherichia coli
dipakai
sebagai organisme indikator karena Escherichia coli terdapat dalam
jumlah yang banyak menunjukkan bahwa pangan atau air telah mengalami pencemaran (Dwiloka, 2000). Morfologi Escherichia
coli antara lain berbentuk bacill pendek, mempunyai lebar antara 0,4
sampai 0,7 μ, panjang antara 1 sampai 4 μ. Pada
medium agar cawan
koloninya mempunyai ukuran 2 sampai 3 mm dalam waktu 48 jam (Dwidjoseputro, 2005).
2.5.
Pewarnaan Gram
Prosedur pewarnaan
gram yaitu salah satu tehnik pewarnaan diferensial yang paling penting dan
paling luas digunakan untuk bakteri. Proses ini yaitu olesan bakteri yang
terfiksasi terlebih dahulu kemudian
dikenai larutan-larutan berikut antara lain Gram A, Gram B, Gram C dan Gram D. Gram A terdiri dari ungu kristal 90% sebanyak 2
gram, etanol 95% sebanyak 20 gram, amonium oksalat 0,8 gram, serta aquades 80
gram. Gram B terdiri dari kristal iodium 1 gram, kalium iodida 2 gram, serta aquades
300 ml. Gram C terdiri dari etanol 95%, dan Gram D terdiri dari larutan safranin 2,5% dalam etanol 95%
sebanyak 10 ml, serta aquades 100 ml. Bakteri yang diwarnai dengan metode gram
ini dibagi menjadi dua kelompok. Salah satu di antaranya, bakteri Gram positif yaitu apa bila zat warna tambahan terhapus,
sehinnga yang tampak ialah zat wana yang asli (ungu), sedangakan Gram negatif yaitu
apa bila zat warna tambahan (merah) bertahan hingga zat warna asli tidak
tampak, (Dwijoseputro, 1994).
Pada
umumnya bakteri Gram positif lebih peka terhadap fenol,
penisilin, dan resisten terhadap streptomisin (Dwijoseputro, 1994). Untuk
mendapatkan sebuah hasil yang terbaik dari kegiatan pewarnaan Gram,
dapat diperoleh dengan mengunakan zat-zat warna dari golongan paraosalina,
seperti metil violet dan kristal violet (tetrametilpararosalina) (Irianto,
2006).
BAB III
MATERI
DAN METODE
Praktikum
Mikrobiologi yang dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 25 Mei 2012 pukul
07.00-11.00 WIB dengan materi Sterilisasi, Medium dan Larutan Pengenceran serta
pada hari Sabtu tanggal 26 Mei 2012 pukul 07.00-09.00 WIB dengan materi Metode
Penghitungan Cawan dan Pewarnaan Gram yang di laksanakan di Laboratorium
Fisiologi dan Biokimia Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas
Diponegoro, Semarang.
3.1.
Materi
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi ini adalah cawan petri, pipet
volum, erlenmeyer, beker glass,
tabung reaksi, waterbath, oven, autoclave, inkubator, timbangan,
penghisap, loop, api bunsen, aluminium foil, kertas pembungkus, pisau, kapas,
tissu serta alat tulis. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Nutrien Agar (bubuk), kentang, dextrose, asam tartarat, agar (bubuk),
aquades, Gram A (violet kristal 90%, etanol 95%, amonium oksalat, aquade), Gram
B (kristal iodium, kalium iodida, aquades), Gram C (etanol 95%) dan Gram D
(larutan safranin, aquades).
3.2.
Metode
3.2.1.
Sterilisasi
3.2.1.1. Sterilisasi kering, metode
yang dilakukan pada praktikum ini pertama-tama menyiapkan pipet, cawan petri
serta alat gelas lainnya sesuai dengan kebutuhan. Kemudian membersihkan cawan
petri menggunakan kapas dengan membasahi menggunakan alkohol untuk
menghilangkan lemak dan kotoran yang menempel pada cawan petri, kemudian
membungkusnya dengan kertas pembungkus. Membersihkan pipet volum serta
menyumbat bagian pangkal pipet menggunakan kapas, kemudian membungkusnya
menggunakan kertas pembungkus. Memasukan cawan petri, pipe dan erlenmeyer pada
oven selama 1 jam dengan suhu 170oC. Setelah selesai, mengeluarkan
cawan petri dan pipet dari oven, tunggu hingga suhu turun sebelum
menggunakannya.
3.2.1.2. Sterilisasi basah, metode
yang dilakukan pada praktikum ini
pertama-tama memasukkan medium sebelum mensrterilkannya kedalam erlenmeyer
serta larutan pengencer kemudian tutup rapat menggunakan kapas. Memasukan
erlenmeyer dan tabung reaksi ke dalam autoclave,
kemudian menutup autoclave hingga rapat.menyalakan autoclave, menunggu hinga manometer dan termometer menunjukan tanda
sterilisasi atau pada suhu121oC dengan tekanan 2 atam, mendiamkannyanya
selama 15 menit. Setelah 15 menit menunggu hingga tekanan autoclave berkisar
0,5 atm, membuka katup pengaman dan membiarkan hingga autoclave tidak bertekanan, setelah itu membuka autoclave dan medium. Untuk medium
berupa agar, untuk menurunkann suhunya dan menjaga agar tidak membeku maka
memasukannya kedalam inkubator bersuhu 55oC, sebelum digunakan.
3.2.2.
Pembuatan
medium
3.2.2.1. Medium Nutrien Agar (NA), metode
yang dilakukan pada praktikum ini
pertama-tama menimbang nutrien agar
sebanyak 2,3 gram per 100 ml, melrutkannya dalam aquaddes. Mengaduk menggunakan
pengaduk magnetik stirrer dan melakukan sterilisasi menggunakan autoclave.
3.2.2.2. Medium Potato Dextrose Agar (PDA) dan Acified Potato Dextrose Agar (APDA), metode
yang dilakukan pada praktikum ini
pertama-tama mengupas kentang kemudian mencucinya menggunakan air hingga
bersih. Mengiris kentang dengan ukuran 1x1 cm. Menimbang kentang sebanyak 250
g. Memasukan kentang kedalam beker glass, kemudian menambahkan 500 ml aquades,
lalu menutupnya menggunakan aluminium foil serapat mungkin. Memanaskannya
diatas pemanas hingga mendidih. Mengambil filtrat kentang dengan cara
menyaringnya menggunakan kain saring. Setelah filtrat terkumpul, mengukur
volumenya untuk membuat PDA dengan komposisi 100 ml filtrat kentang, 2 g
dextrose, 2 g agar serta pH 6,8 – 7,2. Setelah itu, membuat medium APDA dengan
menyiapkan larutan asam tartarat 10%. Mensterilkan medium PDA dan larutan asam
tartarat 10% dalam autoclave pada suhu 121oC tekanan 2 atm selama 12
menit. Kemudian memasukkan medium PDA dan larutan asam tartarat 10% kedalam
inkubator bersuhu 50oC. Setelah mencapai suhu 50oC
menambahkan dengan pipet ukur steril larutam asam tartarat 10% kedalam medium
PDA secara aseptis. Maka menghasilkan medium APDA.
3.2.3.
Metode
hitungan cawan
Metode
yang dilakukan pada praktikum ini
pertama-tama menyiapkan serta memberi label larutan pengencer dan cawan petri
steril sesuai dengan pengenceran dan pemupukan. Melakukan pengenceran hingga
tinglat pengenceran yang ditentukan. Melakukan pencewanan pada 3 tingkat
penenceran terakhir.menuangkan
10
ml medium agar kedalam cawan petri kemudian menggoyangkannya membentuk
angka delapan hingga sampel merata. Setelah medium membeku, melakukan inkubasi
dengan posisi terbalik pada suhu ruangan selama 24 – 48 jam. Menghitung jumlah
koloni yang tumbuh pada cawan dan melaporkan jumlah koloni per ml menurut
standar yang ditetapkan.
3.2.4.
Pewarnaan
gram
3.2.4.1. Kultur cair, metode
yang dilakukan pada praktikum ini
pertama-tama
menyebarkan sat atau lebih loop kultur cair pada kaca objek
sehingga mencapai diameter kira-kira 1 – 1,5 cm2 kemudian
mengeringkan / menfiksasi dengan api kecil. Meneteskan Gram A pada preparat
lalu mendiamkannya selama 1 menit. Membilas kaca objek dengan aquades dengan
memiringkan kaca objek. Membuang sisa air yang tertinggal kemudian menetesi
dengan Gram B selama 2 menit kemudian membilasnya dengan aquades, lalu
menghilangkan warna dengan Gram C hinggga warna biru tidak luntur lagi.
Membilas kembali dengan aquades, kemudian menetesi dengan Gram D selama 30
detik. Membilas dengan air dan mengeringkan menggunakan tisu. Setelah selesai
periksalah pada mikroskop hingga perbesaran 100 x.
3.2.4.2. Kultur padat, metode
yang dilakukan pada praktikum ini
pertama-tama
memberi air sebanyak 1- 2 tetes pada kaca objek dan mengambil
sedikit mikroba menggunakan ujung loop, kemudian menyebarkannya diatas kaca
objek sehingga memiliki diameter 1 – 1,5 cm2. Suspensi yang
terbentuk tidak boleh keruh untuk mencegah terbentuknya preparat yang terlalu
tebal. Kemudian mengeringkan / menfiksasi dengan api kecil. Meneteskan Gram A
pada preparat lalu mendiamkannya selama 1 menit. Membilas kaca objek dengan
aquades dengan memiringkan kaca objek. Membuang sisa air yang tertinggal
kemudian menetesi dengan Gram B selama 2 menit kemudian membilasnya dengan
aquades, lalu menghilangkan warna dengan Gram C hinggga warna biru tidak luntur
lagi. Membilas kembali dengan aquades, kemudian menetesi dengan Gram D selama
30 detik. Membilas dengan air dan mengeringkan menggunakan tisu. Setelah
selesai periksalah pada mikroskop hingga perbesaran 100 x.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Sterilisasi
Berdasarkan
hasil praktikum diperoleh hasil bahwa sterilisasi membutuhkan kesabaran dan
ketelitian. Alat-alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum harus benar
-benar steril. Langkah pertama yang harus diambil sebelum mengadakan inokulasi
adalah mensterilkan medium serta alat-alat perlengkapannya. Pada sterilisasi
kering dipergunakan untuk mensterilkan alat-alat praktikum yang terboat dari
bahan kaca dengan menggunakan oven dengan suhu 1700C selama 1 jam sedangkan
sterlisasi basah dipergunakan untuk mensterilkan medium yang digunakan sebagai
media biakan mikroba dengan menggunakan autoclave
selama 15 menit dengan tekanan 2 atm Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro
(2005) yang menyatakan bahwa medium yang disterilkan ditempatakan di dalam
autoklaf selama 15 menit, hal ini
tergantung kepada banyak sedikitnya barang yang disterilkan. Biasanya autoklaf
sudah diatur sedemikian rupa, sehingga pada suhu tersebut tekanan ada sebesar
sebesar 2 atm atau 15 lb/in2 pada suhu 1210C.
4.2.
Medium
4.2.1.
Pembuatan
medium Nutrient Agar (NA)
Berdasarkan
hasil praktikum diperoleh hasil bahwa medium adalah bahan yang mengandung
campuran nutrisi yang bermanfaat untuk membunuh mikroba. Medium Nutrient Agar (NA) masuk ke dalam medium khusus karena dibuat sebagai tempat
menumbuhkan mikroba yang sudah diketahui komposisi pembuatannya. NA dibuat
dengan komposisi agar-agar yang sudah dipadatkan sehingga NA juga bisa disebut
dengan nutrient padat yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Fungsi
agar-agar hanya sebagai pengental namun bukan zat makanan pada bakteri, agar
dapat mudah menjadi padat pada suhu tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat
Dwidjoseputro (1994) yang menyatakan bahwa medium Nutrient Agar adalah salah satu medium padat yang memiliki
komposisi yaitu agar-agar yang telah di panaskan dan mencair dengan suhu 95
. Agar-agar adalah zat pengental dan
bukan sebagai sumber
makanan bagi bakteri. Menurut pendapat Amelia et al (2005) yang
menyatakan bahwa agar – agar digunakan untuk membuat medium padat, agar larut
dan menjadi padat pada suhu 450C. NA lebih bersifat umum sehingga
mikroba banyak tumbuh pada media ini. Bakteri yang
terkandung adalah kapang dan khamir. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumanti (2008) yang menyatakan bahwa NA juga digunakan untuk media kapang dan khamir.
4.2.2.
Pembuatan medium Acidfied Potato Dextrose Agar (APDA)
Berdasarkan
hasil praktikum diketahui bahwa medium APDA adalah salah satu dari medium untuk
proses menumbuhkan mikrobia. APDA medium yang berkomposisi kentang, dextrose
dan asam tartarat. APDA tidak bersifat umum seperti NA karena tidak semua
mikrobia dapat tumbuh pada medium ini. Medium APDA termasuk ke dalam medium
yang padat sehingga dapat membentuk koloni mikroba yang dapat di lihat dan di
hitung. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (1994) bahwa medium
APDA tidak bersifat umum seperti medium padat lainnya karena tidak semua
bakteri dapat tumbuh pada medium ini. Percobaan dengan medium APDA dilakukan
dengan menambahkan asam tartarat pada PDA setelah itu medium digunakan untuk
isolasi bakteri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Irianto (2010) yang
menyatakan bahwa medium digunakan untuk isolasi bakteri, hasilnya dinyatakan
dalam jumlah koloni yang didapatkan nantinya. Dan pembuatan medium APDA dapat
dilakukan dengan serangkaian cara mulai dari pembuatan PDA hingga pencampurannya
dengan asam tartarat. Mikroba yang terkandung dalam medium ini adalah khamir.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sumanti (2008) yang menyatakan bahwa media APDA berfungsi untuk menumbuhkan dan menghitung jumlah
khamir dan yeast yang terdapat dalam suatu sampel. Khamir dan yeast akan tumbuh
dengan optimal pada media yang sesuai.
4.3.
Metode Hitungan Cawan
Berdasarkan hitungan cawan yang dilakukan, diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 1. Metode Hitungan Cawan dengan
Sampel Roti
Sampel
|
Pengenceran
|
SPC
|
|||||
10-3
|
10-4
|
10-5
|
|||||
Roti (NA)
Roti (APDA)
|
48
10
|
13
6
|
8
112
|
4,8 x 104
1,1 x 107
|
|||
Sumber: Data Primer Praktikum Mikrobiologi Umum, 2012.
Dari hasil hitungan
jumlah koloni dapat dilihat bahwa jumlah koloni yang tumbuh pada medium Roti
(NA) semakin sedikit pada
pengenceran yang semakin tinggi dari 48 lalu 13 dan 8
dengan bakteri E.coli. Menurut Pelchzar (2006)
pengenceran digunakan karena untuk menumbuhkan bakteri pada media yang terbatas
tidak mungkin dilakukan penghitungan bakteri yang berjumlah puluhan ribu.
Pengenceran ini dimaksudkan untuk mengurangi kepadatan bakteri pada sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Irianto (2010) yang
menyatakan bahwa Escherichia Coli tumbuh
dengan baik dihampir semua media pembenihan, dapat meragi laktosa, dan bersifat
mikroaerofilik. Nutrient Agar (NA)
yang digunakan dalam praktikum ini adalah agar. Langkah pertama yang dilakukan
dalam praktikum ini adalah dengan menghomogenkan sampel dengan larutan
pengencer.
Dari hasil hitungan jumlah koloni dapat dilihat bahwa
jumlah koloni yang tumbuh pada medium Roti (APDA) semakin sedikit pada pengenceran yang semakin tinggi
dari TDA lau 169 dan 98 dan hasil SPC 1,1 x 107 dan bakteri yang hidup
adalah staphylococcus yang hasilnya
lebih banyak dari NA. Hal ini sesuai dengan pendapat Fardiaz (1992) yang menyatakan bahwa pati merupakan medium yang baik
dalam pembiakan mikroorganisme karena mengandung unsur karbon. Hal ini diperkuat
dengan pendapat Irianto (2010) yang menyatakan
APDA cocok untuk menumbuhkan bakteri staphylococcus.
4.4.
Pewarnaan Gram
4.4.1.
Bakteri Positif
Berdasarkan
hasil pengamatan pewarnaan Gram yang dilakukan terhadap
kultur cair Staphylococcus aureus dengan perbesaran 100x, diperoleh
hasil sebagai berikut :
Ilustrasi
1. Pewarnaan Gram Positif Negatif
Hasil Pratikum
|
Pembanding
|
|
Keterangan :
Bakteri : staphylococcus
aureus
Bentuk : Bulat
Koloni : Memisah
Warana :
Ungu
Gram : Positif
|
Keterangan :
Bakteri : staphylococcus
aureus
Bentuk : Bulat
Koloni :Menggumpal
Warana :
Ungu
Gram : Positif
|
|
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/ Staphylococcus_aureus
|
Sumber : data Primer Pratikum Mikro Biologi, 2012
|
|
Pewarnaan pada Staphylococcus aureus
setelah pengamatan terlihat karakteristik bakteri berbentuk bulat (coccus)
membentuk suatu koloni dengan warna dasar unggu, hal ini sesuai dengan pendapat
Dwijoseputro (1994), menyatakan bahwa bakteri
yang memiliki warna dasar ungu di sebut dengan gram positif. Dan menurut
pendapat Pelczar (2006) yang menyatakan sel Staphylococcus sp berbentuk coccus
atau bulat dengan ukuran 0,3–2,2 μm x 1,27–7,0 μm, bakteri ini termasuk bakteri
yang mempunyai gram positif.
4.4.1.
Bakteri
Negatif
Berdasarkan hasil pengamatan pewarnaan Gram yang dilakukan terhadap
kultur cair Escherichia Coli dengan perbesaran 100x, diperoleh sebagai berikut :
Ilustrasi 2. Pewarnaan Gram Negatif Bakteri
Hasil Pratikum
|
Pembanding
|
|
Keterangan :
Bakteri : Escherichia Coli
Bentuk : Batang
Koloni : Menggerombol
Warana :
Merah Muda
Gram : Negatif
|
Keterangan :
Bakteri : Escherichia Coli
Bentuk : Batang
Koloni :Menggerombol
Warana :
Merah muda
Gram : Negatif
|
|
Sumber : www.google.com/Escherichia coli
|
Sumber : data Primer Pratikum Mikro Biologi, 2012
|
|
Pengamatan pada bakteri Escherichia coli terlihat
bakteri berwarna merah muda dan berbentuk basil yang Menurut Irianto
(2006) zat warna yang digunakan dalam pewarnaan sederhana adalah
safranin, karbolfuksin encer, air fuksin, tengguli bismack atau pironin B.
Kemudian preparat didiamkan selama dua menit dan dilihat dengan menggunakan
mikroskop terlihat bakteri yang tidak dapat menahan zat warna setelah dekolorisasi dengan alkohol
akan kembali tidak berwarna dan apa bila di berikan perwarnaan dengan zat warna
kontras, akan berwarna sesuai dengan zat warna kontras, dalam hal ini berwarna
merah. Bakteri yang memperlihatkan reaksi semacam ini dinamakan bakteri gram
negatif.
BAB
V
KESIMPULAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
praktikum Mikrobiologi diperoleh kesimpulan bahwa sterilisasi sangatlah
dibutuhkan dalam berbagai pekerjaan yang berhubungan dengan mikroorganisme,
agar mikroorganisme tersebut dapat berkembang dengan baik. Selain itu, medium
yang digunakan pun harus memiliki konsistensi yang baik. Mikroorganisme dapat
berkembang pada medium padat. Medium untuk pembiakan dapat dibuat dengan media
berupa agar-agar (nutrient agar) dan
kentang (acified potati dextrose agar).
Hasil perhitungan dengan metode hitungan cawan diperoleh hasil SPC untuk NA
adalah 4,8 x 104 dan untuk APDA adalah 1,1 x 107. Mikroorganisme
dapat dilihat menggunakan dua metode pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana dan
pewarnaan gram. Dengan metode pewarnaan gram dapat membedakan antara bakteri
gram positif dan bakterri gram negatif.
5.2.
Saran
Diharapkan
pada praktikan lebih memperhatikan ketersediaan alat serta bahan yang akan
digunakan dalam praktikum sehingga praktikum dapat berjalan dengan baik, serta
diharapkan melakukan pengecekan terhadap alat-alat yang akan digunakan sehingga
tidak terjadi kerusakan yang dapat berakibat fatal. Dan tidak lupa meningkatkan
komunikasi antara praktikan dan asisten.
DAFTAR
PUSTAKA
Amelia,G.,
R. Handayani, I. Saskiawan, T. Khusniati, A. Cholic. 2005. Isolasi dan
Pengujian Aktivasi Enzim Amilase dan Protease Mikroba dari Terasi Asal
Kalimantan Timur. Bogor: Pusat Penelitian Biologi.
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi.
Djambatan, Jakarta.
Dwidjoseputro, D. 2005.
Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
Fardiaz,
S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Fardiaz, S. 1993.
Analisis Mkrobiologi Pangan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Fardiaz. 1994. Analisis Mikrobiologi
Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan GIzi Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Harmita
R. dan Radji, Maksum. 2006. Analis Hayati. Buku Kedokteran EGC, Manurung.
Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi. Yrama Widya, Bandung.
Irianto,
Koes. 2010. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid I. Yrama Widya, Bandung.
Pelczsar,
M dan Chan, ECS. 2008. Dasar – Dasar
Mikrobiologi 2. Universitas Indonesia Press, Jakarta
Penn, C.
1991. Handling Laboratory Microorganism. Open University, Milton Keynes.
Purwoko, T. 2007. Fisiologi
Mikroba. Bumi Aksara, Jakarta.
Sandjaja, B. 1992. Isolasi dan Identifikasi
Mikrobakteria. Widya Medika, Jakarta.
Schlegel,
H. G dan Schmidt, K. 1994. Mikrobiologi Umum edisi keenam. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Sumanti, Debby dkk. 2008. Diktat Penuntun Praktikum
Mikrobiologi Pangan. Universitas Padjajaran, Jatinangor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar dan
Fungsi Alat
Gambar alat
|
Fungsi alat
|
|
|
Sebagai
tempat pembiakan mikroba
|
|
|
Digunakan
untuk mengamati mikroorganisme
|
|
|
Digunakan
untuk mensterilkan alat-alat yang terbuat dari logam serta digunakan ketikan
melakukan pengenceran larutan di dekat cawan petri
|
Lampiran 1. (lanjutan)
|
Untuk mensterilkan bahan-bahan yang bersifat cair.
|
||
|
Digunakan sebagai tempar pengenceran larutan.
|
||
|
Untuk mengaduk cairan Nutrient Agar dan Acified
Potato Dextrose Agar.
|
||
|
Digunakan untuk sterilisasi alat-alat yang terbuat
dari gelas.
|
Lampiran 1. (lanjutan)
|
Untuk menampung larutan Nutrient Agar dan Acified
Potato Dextrose Agar.
|
|
|
Untuk mengukur larutan tertentu dengan tepat.
|
Lampiran 2. Menjawab Pertanyaan
Praktikum Mikrobiologi
A.
Pertanyaan
Sterilisasi
1.
Jelaskan perbedaan
sterilisasi kering dan sterilisasi basah
2.
Jelaskan tujuan
sterilisasi
Jawab :
1.
Sterilisasi kering adalah sterilisasi yang menggunakan alat berupa
oven untuk mesterilkan alat gelas seperti cawan petri pada suhu 160°C selama 2
jam atau 170°C selama 1 jam.
Sterilisasi basah adalah sterilisasi yang
menggunakan alat autoclave untuk
mensterilkan bahan atau medium agar tidak rusak karena pemanasan dan tekanan. Bahan yang disterilisasi
berada dalam tabung atau erlemeyer dan ditutup rapat. Sterilisasi ini
menggunakan suhu 121°C dengan tekanan 2 atm selama 15 menit.
2.
Tujuan dari sterilisasi adalah membuat alat dan
bahan menjadi steril atau terbebas dari mikroorganisme yang bersifat merusak
media dan menggangu proses kehidupan mikroba yang akan dibiakkan dan proses
yang sedang dikerjakan.
B.
Pertanyaan
Medium Dan Larutan Pengancer
1.
Jelaskan fungsi dari
masing-masing komponen dibawah ini di dalam medium :
a. Pepton
c. Ekstrak sapi
Lampiran
2. (lanjutan)
b. Agar d. NaCl
2.
Jelaskan perbedaan
masing-masing medium dibawah ini :
a. Nutrien
Agar
b. Potato
dextrose agar
c. Lactose
broth
d. Plate
coun agar
e. Briliant
green lactose bile broth
f. Nutrient
broth
3.
Sebut dan jelaskan
klasifikasi medium !
Jawab
:
1.
Fungsi masing-masing
komponen :
a.
Pepton sebagai sumber protein sederhana
b.
Agar berfungsi sebagai polimer karbohidrat untuk
pemaddat medium
c.
Ekstrak sapi merupakan sumber N atau protein
kompleks
d.
NaCl sebagai larutan pengencer dan penghambat
atau penghilang bakteri yang tidak tahan garam
2.
Perbedaan medium
dibawah ini :
a.
Nutrient Agar untuk menumbuhkan bakteri karena
mengandung protein yang baik untuk pertumbuhan bakteri
b.
Potato Dextrose Agar untuk menumbuhkan fungi
karena mengandung karbohidrat yang baik untuk pertumbuhan fungi.
Lampiran 2. (lanjutan)
c.
Lactose Broth terbuat dari laktosa untuk
mendeteksi ada tidaknya coliform dalam bahan pangan
d.
Plate Count Agar untuk menumbuhkan mikroba pada
permukaan sehingga membentuk koloni yang dapat dilihat
e.
Briliant Green Lactose Bile Broth merupakan media
yang spesifik dan baik untuk pertumbuhan bakteri
f.
Nutrient Broth
3.
Klasifikasi medium
·
Berdasarkan susunan kimianya :
a)
Medium anorganik c) Medium
sintetik
b)
Medium organik d)
Medium non-sintetik
·
Berdasakan konsistensinya :
a)
Medium cair / liquid medium
b)
Medium padat / solid medium
c)
Medium setengsh padat / semi solid medium
·
Berdasarkan fungsinya :
a)
Medium diperkaya e) Medium
perhitungan
b)
Medium selektif f)
Medium khusus
c)
Medium diferensial
d)
Medium penguji
Lampiran
2. (lanjutan)
C.
Pertanyaan
Metode Hitung Cawan
1.
Bagaimana prosedur
perhitungan total mikroba pada sampel susu bubuk hingga pengenceran 10-5.
Hitung pula kebutuhan alat dan bahan!
2.
Laporkan “Standar Plate Count” dari
sampel dibawah ini :
Sampel
|
Pengenceran
|
SPC
|
|||
10-2
|
10-3
|
10-4
|
10-5
|
||
Kaldu daging
|
280
262
|
45
28
|
3
1
|
-
-
|
|
Susu
segar
|
TBUD
TBUD
|
TBUD
TBUD
|
708
782
|
158
302
|
|
Sosis
|
TBUD
|
294
|
35
|
5
|
|
Dendeng
|
55
|
15
|
1
|
0
|
Jawab :
1.
Prosedur perhitungan
total mikroba pada sampel susu bubuk hingga pengenceran 10-5. Hitung
kebutuhan alat dan bahan :
Alat : tabung reaksi, cawan petri,
pipet, penghisap, erlenmeyer, bunsen
Bahan : sampel yang akan di hitung (bakteri/jamur/mikroba),
medium
Prosedur : menyiapkan dan memberi label pengencer dan cawan petri steril sesuai
dengan pengenceran dan pemupukan yang ditetapkan. Melakukan pengenceran sampai
tingkat pengenceran yang ditentukan (melakukan sampai
Lampiran
2. (lanjutan)
tingkat pengenceran
10-5 pada bahan yang busuk). Melakukan pencawanan pada 4 tingkat
pengenceran yang terakhir dan memasukkan pada cawan petri.
2.
Laporkan “Standar Plate Count” dari
sampel dibawah ini :
Sampel
|
Pengenceran
|
SPC
|
|||
10-2
|
10-3
|
10-4
|
10-5
|
||
Kaldu daging
|
280
262
|
45
28
|
3
1
|
-
-
|
2,8 x 104
2,6 x 104
|
Susu
segar
|
TBUD
TBUD
|
TBUD
TBUD
|
708
782
|
158
302
|
1,6 x 107
3,0 x 107
|
Sosis
|
TBUD
|
294
|
35
|
5
|
2,9 x 105
|
Dendeng
|
55
|
15
|
1
|
0
|
5,5 x 103
|
D.
Pertanyaan
Pewarnaan Bakteri
1.
Jelaskan perbedaan
bakteri gram positif dan bakteri gram negatif!
2.
Sebutkan jenis dan
bentuk koloni bakteri yang termasuk patogen!
Jawab :
1.
Perbedaan bakteri gram
positif dan negatif :
Ø Gram
positif :
·
Tidak mengalami
dekolorisasi karena tetap mengikat warna ungu kristal violet
·
Pada tahap akhir
pengecatan tidak terwarnai safranin
·
Memiliki selapis
dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal
·
tampak merah jika waktu
dekolorisasi terlalu lama
Lampiran
2. (lanjutan)
Ø Gram negatif :
·
Mengalami dekolorisasi
oleh alcohol
·
Pada tahap akhir
pengecatan terwarnai menjadi merah oleh safranin
·
Memiliki 3 lapisan
dinding sel
·
Tampak ungu bila waktu
dekolorisasi terlalu pendek
Lampiran 3. Hasil Perhitungan
SPC
Perthitungan SPC untuk
sampel cari :
Medium
NA pengenceran
= Jumlah koloni x 1
Faktor Pengencer
= 48 x 1
10-3
= 4,8 x 10-4
SPC = 61 = 6,1
x 10-4
10-3
169 x
|
10-4
= 1690000
98 x
|
1
10-5
= 9800000
= 9,8 x 106
=
|
5750000
|
=
|
2
Lampiran 4. Laporan Hasil Praktikum
Lampiran 4. (Lanjutan)
Lampiran 4. (Lanjutan)
Lampiran 4. (Lanjutan)
Lampiran 5. Fotokopi Literatur
Lampiran 5. (lanjutan)
Lampiran 5. (lanjutan)
Lampiran 5. (lanjutan)
Lampiran 5. (lanjutan)
Lampiran 5. (lanjutan)
Lampiran 5. (lanjutan)
Lampiran 5. (lanjutan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
GO.BLOG.COM